Satu hari di tahun 2014 saya bertanya pada seorang kawan apa yang akan ia lakukan untuk mengisi waktu liburan sementara kawan-kawan kuliah yang lain sedang pergi ke luar negeri atau hanya luar kota untuk magang di kantor kedutaan dan kementerian. Kawan tersebut menjawab, "Aku mau magang di RK beb". Saya yang tak mengerti sontak langsung bertanya, "Opo iku (apa itu) RK?". Tanpa ragu, kawan saya menjawabnya, seketika itu saya langsung meminta agar ia mengajak serta saya untuk menghabiskan waktu liburan bersama di sana. Berawal dari hal sesederhana ini, saya mengenal dunia baru di bulan Februari 2014. Dunia yang tak pernah saya lupakan, bahkan ketika saya sudah terlalu sulit untuk menyempatkan singgah diri di sana. Dunia yang akan saya bagikan dalam tulisan ini. Dunia tentang RK.
Rumah Kita. Rumah Kasih. Rumah Kehidupan. RumahKu.
RK adalah singkatan dari Rumah Kita yang merupakan rumah singgah bagi anak-anak penderita kanker (dan keluarga yang menemani) yang sedang berobat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Rumah ini diresmikan pada April 2013 dan berada langsung di bawah pengawasan Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia. Rumah ini beralamatkan di Jl. Karang Menjangan no. 5, Surabaya. Tepat berada di belakang RSUD Dr. Soetomo. Rumah ini terdiri dari dua lantai yang dilengkapi ruang tidur, dapur, musholla, ruang belajar, ruang makan, ruang tamu, kamar mandi, ruang bermain, dan teras yang cukup luas. Tempatnya bersih dan nyaman
Ketika pertama kali saya menginjakkan kaki di RK, saya cukup terkejut karena diminta untuk melepas alas kaki kemudian mensterilkan tangan dengan sabun terlebih dahulu. Setelah melakukan tahap tersebut, saya baru diperbolehkan masuk. Ruangan dalam RK dicat warna-warni, sewarna-warni semangat anak-anak yang kemudian saya temui di dalamnya. Sebenarnya tidak banyak anak yang saya temui di sana, karena banyak yang masih melakukan pengobatan di RSUD Dr. Soetomo. Akhirnya, dengan berbekal kartu identitas guru volunteer, saya dan kawan saya beserta seorang pengajar di RK beranjak ke rumah sakit. Di sana lah saya bertemu adik-adik luar biasa. Adik-adikku, para pejuang kanker.
Sumber: Dokumentasi pribadi kawan saya |
Gadis ini adalah sosok pertama yang saya lihat ketika saya memasuki ruang untuk anak-anak kanker. Namanya Oktavia Diah Ayu Savitri, panggilannya Via. Ketika pertama bertemu, saya memintanya bersalaman dengan saya, namun ia diam saja. Kemudian kawan saya menepuk pundak saya dan berbisik, "dia buta". Ya, gadis ini buta, baru saja buta lebih tepatnya. Usianya 6 tahun ketika itu, ia divonis mengidap leukimia (seingat saya). Awalnya ia baik-baik saja, sebelum akhirnya ibunya mengetahui bahwa ia tidak bisa melihat apa-apa. Gadis ini adalah gadis pertama yang mengajarkan saya untuk berhenti mengeluh atas kehidupan yang saya miliki. Bagaimana tidak? Ketika ia sakit, tak pernah sedikit pun ia mengeluh pada ibunya. Ketika pandangannya buram, ia masih berusaha melangkah sendiri menuntut ilmu ke sekolah. Tak ada yang tahu, semua ia simpan sendiri. Bahkan ketika saya berada di hadapannya, ia masih menunjukkan semangat belajarnya. Ia menulis di tengah gelap penglihatannya, ia masih mau mendengarkan saya membaca cerita di tengah kawan-kawan seperjuangannya yang memilih istirahat di kala siang. Gadis ini justru memberitahu saya berbagai jenis makanan yang dapat memicu kanker. Gadis ini sungguh luar biasa.
Gadis ini pula yang membuat saya mempertanyakan keadilan Tuhan untuk pertama kalinya. Pada pertengahan tahun 2014, Tuhan menutup usianya. Kecewa, itulah perasaan yang muncul ketika saya mendengar berita kepergiannya. Duh Gusti, kenapa anak cerdas dan luar biasa ini Kau timpakan kisah kehidupan pilu begini???? Namun, pada akhirnya saya menyadari bahwa tak ada yang sia-sia. Tak hanya bagi saya, bagi kawan saya dan orang-orang yang mengenal Via pun pasti telah banyak belajar dari sosoknya. Ya, kau telah mengajarkan banyak, dik dan sudah saatnya kau beristirahat dari rasa sakit yang selalu kau simpan sendiri. Semoga kita berjumpa kembali di surga ya :)
Sumber: Dokumentasi pribadi kawan saya |
Sumber: Dokumentasi pribadi |
Sumber: Dokumentasi pribadi |
Halo, kenalkan adik kecil lucu ini namanya Adam Dwi Cahyono. Bocah mungil super aktif asal Kalimantan yang usianya baru menginjak 1,5 tahun ketika pertama kami bertemu. Ia mengidap retinoblastoma yang menyebabkan salah satu bola matanya diambil ketika berusia 10 bulan. Hanya memiliki satu penglihatan tak menghentikan semangat bocah ini. Ia sangat kuat, apabila matanya tak ditutup perban, maka fisiknya tak akan sedikit pun menggambarkan bahwa ia memiliki penyakit kanker. Adam sangat suka berlari ke sana kemari. Ia selalu mengganggu kami ketika kami sedang belajar bersama, gangguan yang menyenangkan bagi saya. Saat ini yang saya dengar, Adam sudah mendapatkan bola mata palsu. Semoga berita itu benar. Di kala saya sedang down dan merasa beban hidup saya terlalu berat, saya selalu memandangi foto Adam. Lihatlah, meski hanya dengan satu mata, Adam selalu memancarkan kebahagiaan dan keceriaan. Bahagia yang sederhana seolah lupa bahwa ia membawa luka di mata sebelahnya di usianya yang bahkan belum genap lima.
Sumber: Dokumentasi pribadi |
Yang terakhir yang akan saya ceritakan, bocah yang juga berasal Kalimantan yang awalnya hanya mengidap anemia. Panggilannya Andika. Bocah pemalu yang awalnya sama sekali tak mau saya dekati. Hingga akhirnya saya berhasil meluluhkannya dengan buku cerita. Ada satu kisah yang saya ingat betul dalam pertemuan pertama kami. Kawan saya menanyakan buku apa yang ingin kami dongengkan untuknya. Ia dengan malu-malu menunjuk buku bersampulkan gambar putri duyung. Kemudian dengan usil kawan saya bertanya, "Mbak ini (putri duyung) sama mbak itu (saya) cantik mana?". Saya yang hanya memiliki sedikit percaya diri dengan penampilan saya sudah menerka-nerka bahwa Andika pasti menjawab putri duyung. Namun, saya salah, ia menunjuk saya sambil menunduk tersenyum. Saya sontak heboh kegirangan. hahaha. Satu semangat baru hadir kembali di dalam jiwa saya. Sedihnya, Andika juga sudah dipanggil Sang Pencipta. Cieee Via sama Dika udah main bareng ya di sana? Tunggu kakak ya :')
Masih banyak lagi, anak-anak pejuang kanker yang tak akan habis kisah luar biasanya untuk saya bagi. Banyak semangat dalam diri saya yang justru dihadirkan oleh mereka yang diberi waktu singgah hanya sebentar di dunia. Mungkin mereka merasa tak berarti. Tapi karena mereka, saya memahami hidup. Karena mereka, saya yang malas dan asal-asalan makan jadi lebih menjaga diri. Karena mereka, saya menghargai kesehatan. Karena mereka, saya lebih bersyukur dan menjaga atas apa yang diberikan Sang Pencipta kepada saya. Walaupun saya sempat pedih dan menyesali keputusan saya untuk terjun ke dunia mereka karena berkali-kali harus menangisi kepergian mereka satu per satu, saya tetap bersyukur sempat mengenal dan menemani mereka berjuang.
Cancer can take away all of their phsycal abilities, but not their strong heart and mind. We love you, cancer survivor :)
Jangan lupa kunjungi Rumah Kita di
Jl. Karang Menjangan no. 5 Surabaya
Telp: 031-5955559
http://www.ykaki.or.id/
Jl. Karang Menjangan no. 5 Surabaya
Telp: 031-5955559
http://www.ykaki.or.id/
Terima kasih banyak untuk kawan saya yang membawa saya ke dunia ini. Semoga kelak ketika kesibukan tak lagi menjadi raja, kita bisa kembali berjumpa dan bergelut di dunia ini lagi. Suwun Cin!
Lovely Micin |
0 komentar